Aceh Besar, (Rabu, 29/12/2021) – UNICEF yang dalam hal ini bekerja sama dengan YDUA lakukan Rapat Koordinasi bersama Pemerintah Kabupaten Aceh Besar, dengan Fasilitator Dr. NuriL Annisa. Hadir dari Pemkab. Aceh Besar Kepala BPBD Farhan, AP, Kepala BMKG Aceh Nasrol Adil, Sekretaris Bappeda M.Basir, S.STP, M.Si, Sekretaris Dinas Kesehatan Nelly, Kabag Kesra Setdakab. Aceh Besar Zaini, Za, Kabid Sosial Nuradiana, S.STP, Perwakilan Yayasan Darah Untuk Aceh (YDUA) ibu Nurul dan beberapa perwakilan dari OPD dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Aceh Besar.
Rakor ini bertujuan untuk membahas Rencana Kontinjensi Gizi pada masa tanggap darurat bencana terutama di Aceh Besar. Erupsi Gunung Berapi menjadi tema utama dalam pembahasan Kontinjensi Gizi guna persiapan menghadapi efek dari bencana tersebut, seperti kondisi baru-baru ini yang terjadi di Gunung Semeru, yang membuat kita harus lebih waspada. Kepala BPBD Aceh Besar Farhan, AP menyatakan pada bulan November tahun 2021 ini sudah 4 kali tercatat terjadinya gempa di Gunung Berapi Seulawah. Fenomena Bencana di Kabupaten Aceh Besar sangatlah berpotensi mengancam dan mengganggu kehidupan serta penghidupan masyarakat baik disebabkan oleh faktor alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, timbulnya korban jiwa dan dampak psikologis bagi masyarakat.
Dr. Nuril Annisa menyampaikan bahwa Sampai saat ini tercatat Aceh Besar sering mengalami banjir dan gempa bumi ringan yang diakibatkan oleh posisi geografis dan kondisi permukaan wilayah yang cenderung rendah. Banyaknya alih fungsi lahan dan penebangan hutan secara liar membuat potensi bencana alam semakin tinggi. Kesalahan manusia (Human Error) juga menjadi penyebab utama terciptanya bencana seperti kebakaran hutan maupun bangunan tempat tinggal. Kebiasaan masyarakat yang sering kali membuang sampah sembarangan juga menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan memicu terjadinya banjir baik skala kecil maupun besar. Pasca bencana kita juga harus memperhatikan Gizi terhadap masyarakat terutama ibu hamil dan anak anak, dimana jenis bantuan yang di berikan juga masih belum memenuhi standar gizi yang di perlukan. Hal ini sangat perlu diperhatikan agar tidak muncul lagi permasalahan penyakit yang akan timbul di lokasi pengungsian nantinya.
Dalam hal ini Sekretaris Bappeda Aceh Besar mengutarakan “sampai saat ini dalan kamus usulan yang akan disusun untuk tahun depan, jenis bantuan sosial terhadap penanganan bencana juga mengikuti aturan dan regulasi dari pusat, dan kami juga akan menyampaikan kepada dinas teknis agar jenis bantuan yang akan diberikan juga harus mencakup keseimbangan gizi yang di butuhkan masyarakat, serta kita juga bersama-sama mensosialisasikan kepada masyarakat untuk memperhatikan kualitas gizi bukan hanya kuantitas konsumsinya“.
Tim Koordinasi ini nantinya akan menyusun Rencana Kontinjensi dalam menghadapi masa tanggap darurat bencana di Aceh Besar, agar kita lebih efektif dalam melayani masyarakat baik oleh pemerintah maupun pihak-pihak lainnya.